Rabu, 18 Juni 2008

tugas kelompok

MAKALAH
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL














Disusun Oleh :

1. DWI WIBOWO
2. MARRY PANGARIBUAN
3. NUR AGUS SALIM
4. SIRAJUDDIN

Dosen Pengampu :

1. Prof. Dr. DWI NUGROHO HIDAYANTO
2. Drs. SUNARNO, M.Pd.


PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2008
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang strategis dari keseluruhan program Pemerintah, dengan titik berat bidang ekonomi seiring dengan peningkatan sumber daya manusia dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan ini, sudah barang tentu berbagai departemen/lembaga merencanakan dan melaksanakan peningkatan sumber daya manusia secara terpadu, agar dapat membentuk manusia Indonesia yang dibutuhkan.
Tantangan masa depan bagi sistem pendidikan di Indonesia tidak semata-mata akan menyangkut bagaimana meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan secara internal, tetapi juga menyangkut bagaimana meningkatkan kesesuaian pendidikan dengan bidang sektor kehidupan lain, sehingga diakui oleh pemakai. Oleh karena itu penyusun mencoba membahas pada makalah ini beberapa kendala yang dihadapi dalam Pembangunan Pendidikan Nasional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Masalah Kurikulum
Masalah Metode
Masalah Fasilitas
Masalah Guru
Masalah Evaluasi

C. BATASAN MASALAH
Pada makalah ini kami hanya membahas kendala yang dihadapi dalam Pembangunan Pendidikan Nasional masa ini.



BAB II
PEMBAHASAN


A. BERBAGAI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Proses pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak pernah ada hentinya. Sebab jika manusia berhenti melakukan pendidikan, sulit dibayangkan apa yang akan terjadi pada sistem peradaban dan budaya manusia. Dengan ilustrasi ini, maka baik pemerintah maupun masyarakat berupaya untuk melakukan pendidikan dengan standar kualitas yang diinginkan untuk memberdayakan manusia. “Sistem pendidikan yang dibangun harus disesuaikan dengan tuntutan zamannya, agar pendidikan dapat menghasilkan outcome yang relevan dengan tuntutan zaman.
Indonesia, telah memiliki sebuah sistem pendidikan dan telah dikokohkan dengan UU No. 20 tahun 2003. Pembangunan pendidikan di Indonesia sekurang-kurangnya menggunakan empat strategi dasar, yakni; partama, pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, kedua, relevansi pendidikan, ketiga, peningkatan kualitas pendidikan, dan keempat, efesiensi pendidikan. Sacara umum strategi itu dapat dibagi menjadi dua dimensi yakni peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. Pembangunan peningkatan mutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas pendidikan. Sedangkan kebijakan pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah. Dari sini, pendidikan dipandang sebagai katalisator yang dapat menunjang faktor-faktor lain. Artinya, pendidikan sebagai upaya pengembangan sumberdaya manusia (SDM) menjadi semakin penting dalam pembangunan suatu bangsa. Namun dengan seiring begitu cepatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) baik di Indonesia maupun di dunia, maka dalam pengembangan pembangunan pendidikan di Indonesia menemui beberapa kendala di antaranya yaitu permasalahan Kurikulum, Metode, Fasilitas, Guru dan Evaluasi dari pendidikan itu sendiri.

1. Kurikulum Pendidikan
Pendidikan bertujuan mencrdaskan kehidupan suatu bangsa merupakan modal unuk berkembang dalam melakukan mobilitas. Dengan dicapainya tingkat kecerdasan yang merupakan fokus kegiatan pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas kehidupan manusia. Sejarah mencatat suatu negara dengan masyarakat yang maju lebih banyak disebabkan oleh tingkat dan pola pemikiran yang dianut individu – individu warga masyarakat tersebut, diantaranya kecerdasan dan keterbukaan terhadap berbagai hal.
Dalam rangka otonomi daerah, yang dewasa ini sedang menjadi wacana yang cukup hangat maka posisi pendidikan semakin penting dan strategis. Pendidikan merupakan satu – satunya cara menghasilkan dan meningkatkan SDM tangguh yang multi skill. Salah satu perangkat pelaksanaan pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan zaman. Salah satu sistem kurikulum yang baru saat ini adalah sistem KTSP (Kurikulum Tingkat satuan pendidikan). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi(SI), proses, kompetensi lulusan(SKL), tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian.
Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP.
Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
· belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
· belajar untuk memahami dan menghayati,
· belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
· belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
· belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Namun pelaksanaan KTSP menemui kendala diantaranya yaitu :
a. Kepsek yang kurang Mengerti KTSP
b. Guru yang bermutu berjumlah sedikit
c. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan para guru.

Kelebihan KTSP
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan, kurang lebih 20%.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Metode Pendidikan
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi.
Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dari awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru sedikit bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar diantaranya :
1. Metode Ceramah
Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah “berbicara". Dalam ceramahnya kemungkinan guru menyelipkan pertanyaan pertanyaan, akan tetapi kegiatan belajar siswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok pokok penting, yang dikemukakan oleh guru; bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa.

2. Metode Tanya-Jawab
Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah: (1) metode tanya-jawab, dan (2) metode diskusi.
Perbedaan pokok diantara metode tanya-jawab dengan metode diskusi terletak pada:
1. Corak pertanyaan yang diajukan guru.
2. Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa.

Metode tanya-jawab digunakan dengan maksud :
a. Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu
b. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
c. Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa.

3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.

4. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai barmacam macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa fäktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.

5. Metode Demonstrasi Dan Eksperimen
Antara metode demonstrasi dan eksperimen sebenarnya berbeda, akan tetapi dalam praktek sering dipergunakan silih berganti atau saling melengkapi. Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja diminta atau siswa menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana cara membuat peta timbul, bagaimana cara menggunakan kamera dengan hasil yang baik, dan sebagainya. Sedangkan metode eksperimen ialah suatu metode mengajar di mana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, karena ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Dari kedua batasan tersebut dapat diketahui bahwa sebuah eksperimen dapat juga dijadikan demonstrasi. Misalnya guru dengan beberapa orang siswa mengadakan eksperimen mengenai pengaruh tekanan udara terhadap sebuab kaleng minyak tanah yang kosong, yang sudab dipanasi lebib dulu, kemudian ditutup rapat-rapat dan segera disiram air dingin. Para siswa melihat peristiwa itu sebagai demonstrasi. Dalam hal ini eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi. Metode ini sering juga disebut metode ilmiah, sebab metode inilah yang dipakai untuk menguji hipotesis.

6. Metode Sosiodrama Dan Bermain Peranan
Metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru, Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah Mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin sosiodrama.

7. Metode Pemberian Tugas Belajar Dan Resitasi
Metode ini mengandung tiga unsur ialah:
o Pemberian tugas.
o Belajar.
o Resitasi.

Tugas, merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan resitasi, tugas yang dibenikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratonium, atau ditempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas daripada home-work. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan ialah:
o Mempunyai unsur tugas.
o Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya.
o Mempunyai unsur didaktis pedagogis.

8. Metode Drill (Latihan)
Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

9. Metode Karyawisata
Dengan metode karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Berbeda dengan darmawisata, di sini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk rekreasi. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.

10. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan. Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instinktif (naluriah) maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang. Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang dalam keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan. Dalam situasi yang problematis, baik manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara "coba-coba, salah", mencoba lagi (trial and error) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio (akal), disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.

3. Fasilitas Pendidikan
Selain kurikulum, metode dan tenaga kependidikan, fasilitas pendidikan adalah masalah yang harus benar – benar diperhatikan pemerintah kita. Ini merupakan pekerjaan rumah lagi bagi pemerintah yaitu banyaknya gedung-gedung sekolah yang tidak layak pakai. Bagaimana pendidikan bisa berjalan lancar dan nyaman apabila tempat pelaksanaan pendidikan tersebut tidak layak. Belum lagi masalah sarana dan prasarana pendukung pendidikan yang masih sangat kurang terutama bagi sekolah yang berada di daerah terpencil. Guna suksesnya penyelenggaraan kurikulum KTSP baik buruk dan lengkap tidaknya fasilitas pendidikan sangat berpengaruh. Solusi dari permasalahan ini selain pemerintah harus bekerja keras, bagi sekolah – sekolah bekerja sama dengan Komite Sekolah berusaha berswadaya melengkapi fasilitasnya sendiri baik dengan dana sumbangan maupun pengajuan proposal kepada donatur. Jadi sekolah tidak hanya berpangku tangan menunggu pemerintah turun membantu.

4. Guru ( Tenaga Kependidikan )
Pendidikan sebagai agent of change berada pada garis paling depan. Dari barisan paling depan itu, yang paling depan lagi adalah komponen vitalnya ialah guru. Artinya, guru sebagai figur yang menentukan dalam pembaharuan dan perubahan pembangunan. Dalam menghadapi tantangan pembangunan maka pendidikan harus diselenggarakan dengan standar kualitas yang memadai dan biasanya guru ditunjuk sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Tiga komponen pokok dalam pendidikan yaitu siswa, sarana dan prasarana serta guru itu sendiri, oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan terlebih dahulu harus diperhatikan ketiga komponen pokok tersebut.
Untuk melaksanakan tugas dengan mantap, guru perlu dukungan, baik material maupun spiritual. Sebagian besar guru bestatus sebagai pegawai negeri yang mendapat imbalan gaji yang standar seperti juga pegawai negeri lain yang setingkat, namun kenyataannya kemampuan ekonomi guru masih rendah, karena memang guru tidak bisa mendapatkan tambahan penghasilan lain sebagaimana dikter, pengacara, insinyur dan lain – lain. Kurangnya kemampuan ekonomi guru berpengaruh secara tidak langsung terhadap mutu proses belajar – mengajar. Oleh karena itu pemerintah sebenarnya harus memperhatikan kesejahteraan guru seperti yang dilakukan oleh negara – negara maju.

5. Evaluasi Pendidikan
Definisi evaluasi mengandung tiga konsep pokok yaitu pemberian pertimbangan, nilai dan arti. Oleh karena evaluasi diartikan sebagai proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu. Nilai adalah harga yang diberikan kepada evaluan (kurikulum) berdasarkan kriteria internal. Keberhasilan suatu evaluan / kurikulum dapat ditentukan setelah diadakannya evaluasi. Sehingga hasil evaluasi akan mempengaruhi pelaksanaan praktek kurikulum. Kaitan evaluasi dengan kurikulum dapat dilihat dari fungsi evaluasi yakni formatif fan sumatif. Menurut Mc Neil (1990:241) ada empat fungsi evaluasi, yakni : fungsi formatif, fungsi sumatif, fungsi sosial politik, dan fungsi administrasi. Fungsi formatif dilaksankan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian kurikulum yang sedang dikembangkan. Fungsi sumatif evaluasi adalah memberikan perhatiannya terhadap hasil dari kurikulum. Fungsi sosial politik dimaksudkan sbagai motivasi dan dukungan – dukungan yang diberikan oleh masyarakat. Sedangkan fungsi administrasi berkenaan dengan masalah – masalah kewenangan dan kekuasaan.
Adanya evaluasi akan memberikan jawaban sejauh mana relevansi kurikulum dengan keperluan masyarakat serta sejauh mana kurikulum tersebut mampu mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum itu. Kegiatan evaluasi sangatlah penting dan bahkan akan dapat menggagalkan misi pembaharuan kurikulum. Terjadinya pembaharuan kurikulum dapat disebabkan oleh perkembangan ilmu, tekhnologi, nilai serta norma baru dalam masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan ilmu dan tekhnologi dapat mempengaruhi nilai dan norma yang dianut masyarakat sehingga teknologi mulai mnjadi yang diagungkan. Tentu saja sikap ini memberikan tuntunan baru terhadap pendidikan pada umumnya dan kurikulum pada khususnya. Sehingga dalam hal ini evaluasi sangat berperan, apakah pembaharuan tersebut benar – benar telah sesuai dengan tuntunan masyarakat. Hanya saja dengan kemajuan ilmu dan tekhnologi yang pesat ini juga meminta kewaspadaan yang tinggi bagi pengelola evaluasi. Dengan kata lain dengan adanya pembaharuan kurikulum evaluasi jug aharus ikut menyesuaikan diri, sehingga evaluasi dapat memberikan informasi yang berkesinambungan mengenai keselarasan kurikulum dengan perkembangan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sangat besarnya peran pendidikan terhadap kemajuan negara kita dari berbagai bidang. Oleh karena itu sudah seharusnyalah pendidikan menjadi progam prioritas pemerintah Indonesia. Berbagai permasalahan pendidikan yang belum terselesaikan saat ini adalah menjadi kewajiban dan tanggung jawab baik pemerintah maupun kita sebagai warga negara untuk bersama – sama mencari solusi dan menyelesaikan sehingga meningkatnya mutu pendidikan kita. Walaupun kita sadari itu tidak membutuhkan waktu dan tenaga yang sedikit namun mari bersama – sama kita mulai dengan niat yang baik demi majunya pendidikan kita.
Majunya pendidikan di Indonesia tergantung dari beberapa hal yang salah satunya adalah guru (tenaga pendidik). Guru sebagai komponen yang sangat penting dalam pelakasanaan pendidikan, sehingga peran guru dalam keberhasilan pendidikan kita sangat besar. Namun sampai saat ini pemerintah kita masih belum terlalu memperhatikan tentang kesejahteraan guru. Harapan kepada pemerintah agar dapat sangat memperhatikan kesejahteraan guru sehingga mereka dapat melaksanakan.

Tidak ada komentar: